Pilang
Pilang | |
---|---|
Flowering in Vanasthalipuram, Hyderabad | |
Pengelasan saintifik | |
Alam: | |
Genus: | Vachellia
|
Spesies: | leucophloea
|
Varieties | |
| |
Sinonim | |
Mimosa leucophloea Roxb. (1800)[1] |
Pilang atau kabesak (Vachellia leucophloea Maslin, Seigler & Ebinger[3]) ialah sejenis pohon famili Fabaceae penghuni savana dan hutan musim di daerah kering.
"Pilang" seturunan nama-nama opilan, pèlang (Md.) dan pélang (Bali);[4] "kabesak" seturunan kai bèsak, ai bèsak (Rote) dan kabèsa’ (Timor).[4]
Pengenalan
[sunting | sunting sumber]Semak atau pohon berduri, tinggi hingga 35 m dan gemang mencapai 100 cm. Berbatang kekar, dengan beberapa cabang berdiameter besar; di tempat terbuka pilang membentuk tajuk lebar rindang serupa payung. Kulit kayu berwarna putih atau abu-abu kekuningan (leucophloea = dengan kulit kayu putih), halus, mengelupas dalam helaian panjang; di bahagian bawah batang yang tua berubah menjadi kasar, menyerpih dan kehitaman. Ranting-ranting penuh dengan duri-duri yang tajam, panjang hingga 2.5 cm, coklat gelap atau hitam, jarang-jarang sekali putih.[5][6] Kulit kayu ini lebih kurang 10–12 mm tebalnya, pahit kelat dan berbau seperti jering.[4] Bertajuk menyerupai payung, pohon dengan kulit batang berwarna putih kekuningan ini sering tampak menyolok di tengah-tengah semak dan padang rumput.
Daun-daun majemuk menyirip berganda, dengan poros 3.5—8.5 cm dan 4—13 pasang sirip. Anak-anak daun 6—30 pasang pada tiap-tiap sirip melurus 3–11 mm x 0.5—1.7 mm.
Bunga-bunga tersusun dalam bongkol yang hampir bulat, lebih kurang 1 cm diameternya, putih kekuningan; bongkol-bongkol itu selanjutnya berkumpul dalam malai besar di hujung ranting, hingga 30 cm panjangnya. Buah polong bentuk garis, lurus atau sedikit lengkung, 6—15(—20) cm × 7–11 mm × 3 mm, coklat gelap, mengeras kayu, tidak memecah, berisi 5—12(—20) biji yang pipih perang keabu-abuan.[6]
Kegunaan
[sunting | sunting sumber]Tanin
[sunting | sunting sumber]Kulit kayu pilang menghasilkan tanin yang dahulunya banyak digunakan dalam industri penyamakan kulit terutama lembu dan kerbau.[4] Kulit batang pilang mengandung tanin 11—20% (rata-rata 15%); kadar ini lebih tinggi pada pohon yang tua.[6] Tanin pilang memberikan warna merah terang yang indah, namun bekerja lambat dan kurang kuat sebagai bahan penyamak. Untuk keperluan-keperluan tertentu dalam penyamakan, sering kali kulit kayu pilang perlu dicampur dengan kulit kayu kayu raja (Cassia fistula L.), atau bakau (Rhizophora spp.), mahupun bersama bahan-bahan tambahan yang lain.[4]
Di India, kulit kayu yang berasa kelat ini digiling halus dan dicampurkan dalam proses pembuatan bir yang dikatakan memudahkan proses penapaian dan memberikan rasa pahit yang enak pada produk akhir.[4]
Kayu
[sunting | sunting sumber]Pilang juga menghasilkan kayu yang indah dan bernilai tinggi. Kayu terasnya keras, kuat, dan berat (BJ 0.72–0.89 dengan kadar air 15%) berwarna kuning hingga merah kecoklatan (merah bata), serta berloreng gelap dan terang, ia jenis kayu sesuai dibuat perkakas yang kuat dan indah.[5] Kayu pilang cukup awet (kelas awet III) dan kuat (kelas kuat II), asalkan digunakan di bawah atap dan tidak terhubung dengan tanah.[6] Ia juga mudah dikeringkan dan dipoles dengan hasil yang bagus, namun sukar dikerjakan kerana teksturnya yang kasar dan arah seratnya yang kadang-kadang berpadu. Kerana itu pemanfaatannya agak terbatas, seperti untuk konstruksi dalam ruangan, penutup lantai, mebel, alat-alat pertanian, tongkat, roda, gerobak, dan beberapa yang lain.[5][7]
Kayu gubalnya berwarna keputih-putihan dan kurang awet. Kayu pilang juga merupakan kayu bakar yang baik, serta dapat diproses menjadi arang. Sementara serat dari kulit kayu bahagian dalam dapat dijadikan tali kasar dan jala. Kulit kayu yang dilukai mengeluarkan semacam resin (gam) yang digunakan sebagai bahan ubat.[5]
Pakan ternak
[sunting | sunting sumber]Daun-daun, polong, serta ranting pilang yang muda merupakan dedak ternakan yang disukai. Hijauan pakan ternak ini mengandung sekitar 12.4% karbohidrat, 7.1% protein, dan 1.9% lemak yang dapat dicernakan. Hanya saja, adanya kandungan asid hidrosianat (yang besarnya bervariasi menurut tempat, musim dan jenis hijauan) bisa membatasi jumlah yang layak dikonsumsi ternak.[6] Tajuk pohon pilang juga memberikan naungan yang baik bagi pemeliharaan ternak di daerah kering. Rumput-rumput yang tumbuh di bawah naungan tajuk ini lebih lunak dan lebih disukai (palatabel) oleh ternak.[7]
Lain-lain
[sunting | sunting sumber]Kecambah bijinya dimanfaatkan sebagai sayuran.[4] Perakarannya mengikat nitrogen dari udara sehingga dapat memperbaiki kesuburan tanah.[6]
Ekologi dan perbanyakan
[sunting | sunting sumber]Pilang merupakan pohon penyusun hutan-hutan di daerah kering hingga ketinggian 800m: hutan musim tropika, savana, padang semak, dan juga gurun. Curah hujan rendah, antara 400–1500 mm pertahun, dan musim kemarau dapat berlangsung hingga 9-10 bulan. Perbedaan suhu begitu ekstrem, antara -1° hingga 49 °C.[7]
Pohon ini biasa tumbuh pada tanah-tanah berpasir, tanah berbatu yang tidak subur, tanah kapur, tanah liat organik dan daerah-daerah endapan (aluvial). Pilang tumbuh lambat; di tanah yang subur semainya tumbuh hingga 0,6 m pertahun, akan tetapi dengan pengairan pohon ini dapat mencapai tinggi 7–10 m dalam 5-6 tahun. Semai pilang tidak tahan terhadap saingan dengan gulma, kebakaran dan pembekuan oleh suhu dingin; akan tetapi jika berhasil tumbuh mantap, pilang sangat tahan terhadap gangguan-gangguan itu dan kekeringan.[7]
Pilang dapat diperbanyak dengan biji atau cabutan. Biji-biji memerlukan perlakuan pendahuluan sebelum ditanam: direndam dengan air panas dan dibiarkan selama 24 jam, atau direndam asid sulfat 10-30 menit dilanjutkan dengan air dingin selama 24 jam. Biji dapat ditanam di persemaian atau, lebih baik, ditanam langsung di lapangan yang telah diolah tanahnya.[5]
Persebaran
[sunting | sunting sumber]Pilang tersebar semula jadi di wilayah-wilayah kering India, Sri Lanka, Bangladesh, Burma dan Thailand. Juga di Vietnam bahagian selatan. Di Indonesia, pohon ini tumbuh secara alami di Jawa dan Bali, serta di Timor.
Rujukan
[sunting | sunting sumber]- ^ Roxburgh, W. (1800). Plants of the coast of Coromandel :selected from drawings and descriptions ... 2:27. 1800 ("1798")
- ^ Willdenow, C.L. (1806). Species plantarum: exhibentes plantas rite cognitas ad genera relatas, ... ed. 4, vol. 4(2): 1083
- ^ Maslin, B.R.; Seigler, D.S. & Ebinger, J. (2013). "New combinations in Senegalia and Vachellia (Leguminosae: Mimosoideae) for Southeast Asia and China". Blumea 58(1): 39-44(6), 2013. DOI: https://doi.org/10.3767/000651913X669914
- ^ a b c d e f g Heyne, Karel (1987). Tumbuhan Berguna Indonesia. 2. Bogor: Badan Litbang Departemen Kehutanan. m/s. 881–883.
- ^ a b c d e ICRAF Agroforestry Tree Database: Acacia leucophloea
- ^ a b c d e f E-Prosea Detail: Acacia leucophloea (Roxb.) Willd. Diarkibkan 2021-11-02 di Wayback Machine
- ^ a b c d NFTA FACT Sheet: Acacia leucophloea - shade and fodder for livestock in and environments Diarkibkan 2008-09-08 di Wayback Machine, FACT 96-04, June 1996.
Pautan luar
[sunting | sunting sumber]Wikimedia Commons mempunyai media berkaitan: Pilang. |
- (Inggeris) Winrock Int'l: Acacia leucophloea - shade and fodder for livestock in and environments, diakses pada 02/02/2023
- (Inggeris) Acacia leucophloea Willd. details in Pandanus database of Indian plant names
- (Inggeris) Hardwood Flooring Species: The Pilang Wood Diarkibkan 2010-09-18 di Wayback Machine