Pergi ke kandungan

Perhimpunan Indonesia

Daripada Wikipedia, ensiklopedia bebas.
Bendera Perhimpoenan Indonesia

Perhimpunan Indonesia (Bahasa Belanda: Indonesische Vereenigig, disingkatkan kepada PI; Ejaan van Ophuijsen: Perhimpoenan Indonesia) atau Perhimpunan Hindia (Bahasa Belanda: Indische Vereeniging) adalah organisasi siswa-siswi Hindia Belanda (kini Indonesia) menuntut di Belanda yang didirikan Soetan Kasajangan Soripada dan R.M. Noto Soeroto pada tahun 1908. Pada awalnya ia menggiat acara kemasyarakatan seperti pesta tari menari dan temasya pidato. Namun, penyertaan Cipto Mangoenkoesoemo dan Soewardi Soerjaningrat pada 1913 mula mendorong pembincangan keadaan tanah air mereka sebagai jajahan Empayar Belanda lalu menuntut dan memperjuangkan kemerdekaannya, PI salah satu pihak terulung menggiat sedemikian.[1]

Indische Vereeniging juga menerbitkan sebuah buletin yang diberi nama Hindia Poetera, tetapi isinya sama sekali tidak memuat tulisan-tulisan bernada politik.

Pertemuan Perhimpunan Indonesia, diperkirakan di Leiden, s. 1924–1927
Logo Perhimpoenan Indonesia, dari sampul buku Gedenkboek: Indonesische Vereeniging[2]

Pada September 1922, saat pergantian ketua antara Dr. Soetomo dan Herman Kartawisastra organisasi ini berubah nama menjadi Indonesische Vereeniging seiringan Indonesisch menggantikan Indisch oleh Prof. Cornelis van Vollenhoven tahun 1917.[3] Para anggota PI juga memutuskan untuk menerbitkan kembali majalah Hindia Poetra dengan Mohammad Hatta sebagai pengasuhnya. Majalah ini terbit dwibulanan, dengan 16 halaman dan biaya langganan seharga 2.5 gulden setahun. Penerbitan kembali Hindia Poetra ini menjadi sarana untuk menyebarkan ide-ide antikolonial. Dalam 2 edisi pertama, Hatta menyumbangkan tulisan mengkritik sistem penyewaan tanah industri gula Hindia Belanda yang merugikan petani.[4]

Saat Iwa Koesoemasoemantri menjadi ketua pada 1923, PI mula menggagaskan keenggansertaan (non-cooperatie) yang mempunyai erti berjuang demi kemerdekaan tanpa bekerjasama dengan Belanda. Tahun 1924, saat M. Nazir Datuk Pamoentjak menjadi ketua, nama majalah Hindia Poetra berubah menjadi Indonesia Merdeka. Tahun 1925 saat Soekiman Wirjosandjojo nama organisasi ini rasmi membumikan nama Belanda persatuan kepada Perhimpunan Indonesia.

Hatta menjadi Voorzitter (Ketua) PI terlama yaitu sejak awal tahun 1926 hingga 1930, sebelumnya setiap ketua hanya menjawat selama setahun. Perhimpunan Indonesia kemudian menggalakkan secara terencana propaganda tentang Perhimpunan Indonesia ke luar negeri Belanda.

Tokoh-tokoh lain yang menjadi anggota organisasi ini antara lain:

Akhir organisasi dan dikuasai komunis

[sunting | sunting sumber]

Dipimpin Mohammad Hatta

[sunting | sunting sumber]
Pengurus Perhimpoenan Indonesia. Kiri ke kanan: Gunawan Mangunkusumo, Mohammad Hatta, Iwa Kusumasumantri, Sastro Mulyono, dan R.M. Sartono

Pada 1926, Mohammad Hatta diangkat menjadi ketua Perhimpunan Indonesia/Indische Vereeniging.[5] Di bawah kepemimpinannya, PI memperlihatkan perubahan. PI lebih banyak memperhatikan perkembangan pergerakan nasional di Indonesia dengan memberikan banyak komentar di media massa di Indonesia.[6] Semaun dari PKI datang kepada Hatta sebagai pimpinan PI untuk menawarkan pimpinan pergerakan nasional secara umum kepada PI.[6] Stalin membatalkan keinginan Semaun dan sebelumnya Hatta memang belum bisa percaya pada PKI.[7]

Pada masa kepemimpinannya, majalah PI, yakni Indonesia Merdeka banyak disita pihak kepolisian, maka masuknya majalah ini dengan cara penyelundupan.[8]

  1. ^ Robert Elson, The Idea of Indonesia: A History. (Cambridge: Cambridge University Press, 2009) 45; John Ingleson, Perhimpunan Indonesia and the Indonesian Nationalist Movement, 1923-1928. (Victoria: Monash University Centre of Southeast Asian studies, 1975); John Ingleson, Road to Exile: The Indonesian Nationalist Movement, 1927-1934. (Singapore: Heinemann, 1980) 1-18.
  2. ^ Poeze, Harry A.; Van Dijk, Cees; Van Der Meulen, Inge (1986). In het land van de Overheerser: Indonesiërs in Nederland 1600-1950. Brill. m/s. 177–8. ISBN 978-90-04-28731-0.
  3. ^ Revitalisasi Keindonesiaan[pautan mati kekal], Kompas 28 Oktober 2005
  4. ^ Majalah Tempo, Edisi Khusus 80 Tahun Sumpah Pemuda, 27 Oktober 2008
  5. ^ Noer 2012, m/s. 21.
  6. ^ a b Noer 2012, m/s. 19.
  7. ^ Noer 2012, m/s. 19–20.
  8. ^ Noer 2012, m/s. 23-24.

Bacaan

Pautan luar

[sunting | sunting sumber]