Kabupaten Tolitoli
Kabupaten Tolitoli | |
---|---|
Kawasan tahap II | |
Cogan kata: Mosimbesang Mesounguu Motimpedes Magau | |
Koordinat: 1°00′N 120°48′E / 1°N 120.8°E | |
Negara | Indonesia |
Provinsi | Sulawesi Tengah |
Dasar hukum | UU. No. 59 Tahun 1960 |
Ibu kota | Tolitoli |
Jumlah satuan pemerintahan | Senarai
|
Pentadbiran | |
• Bupati | Drs. Moh. Ma'ruf Bantilan, MM |
Keluasan | |
• Jumlah | 4,079.6 km² km2 ( | Formatting error: invalid input when rounding batu persegi)
Penduduk | |
• Jumlah | - orang |
Demografi | |
Zon waktu | UTC+08:00 (WITA) |
Kode telepon | 0453 |
Laman sesawang | www.tolitolikab.go.id |
Kabupaten Tolitoli atau Toli-Toli ialah sebuah kabupaten yang terletak di wilayah Sulawesi Tengah, Indonesia. Ibu kota kabupaten ini terletak di Kota Tolitoli. Kabupaten ini memiliki keluasan wilayah 4,079.6 km² dan berpenduduk sebanyak 173,840 orang pada tahun 2000. Kabupaten Tolitoli sebelumnya bernama "Kabupaten Tolitoli", namun pada tahun 2000 berdasarkan UU No. 51 Tahun 1999 daerah ini dimekarkan menjadi dua kabupaten iaitu Kabupaten Tolitoli sebagai kabupaten induk, dan Kabupaten Buol sebagai kabupaten hasil pemekaran.
Sejarah
[sunting | sunting sumber]Nama Tolitoli berasal dari kata Totolu, yang bererti Tiga. Bangsa Tolitoli berasal dari 3 manusia kahyangan yang menjelma ke bumi melalui Olisan Bulan (Bambu Emas), Bumbung Lanjat (Puncak Pohon Langsat), dan Ue Saka (Sejenis Rotan), jelmaan Olisan Bulan dikenal sebagai Tau Dei Baolan atau Tamadika Baolan, yang menjelma melalu Ue Saka yang dikenal sebagai Tau Dei Galang atau Tamadika Dei Galang. Sedangkan seorang puteri yang menjelma sebagai Bumbung Lanjat dikenal sebagai Boki Bulan.
Kemudian nama Totolu berubah menjadi Tontoli sebagaiman tertulis dalam Lange-Contrack 5 Julai 1858 yang ditandatangi pihak Belanda anatara Dirk Francois dengan Raja Bantilan Syaifuddin. Tahun 1918 berubah menjadi Tolitoli seperti terlihat dalam penulisan Korte Verklaring yang ditandatangani Raja Haji Mohammad Ali dengan pemerintah Belanda yang berpusat di Nalu.
Bahasa yang dipakai sehari-hari adalah Bahasa Geiga. Bahasa ini menurut ahli bahasa AC Kruyt dan DR Adriani termasuk dalam kelompok Bahasa Tomini, yang daerah sebarnya antara Desa Towera di daerah Kabupaten Donggala sampai dengan Desa Molosipat di perbatasan Gorontalo.