Jeluang
Jeluang | |
---|---|
Pengelasan saintifik | |
Domain: | Eukaryota |
Alam: | Plantae |
Klad: | Trakeofit |
Klad: | Eudikot |
Klad: | Rosid |
Order: | Rosales |
Keluarga: | Moraceae |
Genus: | Broussonetia |
Spesies: | B. papyrifera
|
Nama binomial | |
Broussonetia papyrifera | |
Sinonim | |
|
Jeluang, deluang atau daluang adalah nama tumbuhan (Broussonetia papyrifera Vert., syn. Morus papyrifera L.) mahupun produk hasil lembaran kulit kayu yang dipakai sebagai bahan beraneka keperluan di Jawa dan Kalimantan dalam rantau Nusantara sampai sejauh Polinesia semacam kulit: untuk bahan pakaian, pelapis, serta bahan tas.
Ia adalah jenis tumbuhan berbunga anggota suku ara-araan atau Moraceae; masih satu kelompok dengan beringin, bodhi, loa, serta mulberi. Asal alaminya dari Asia daratan,[2] mencakupi Taiwan, China, Jepun, Korea, Indochina, Burma, dan India.[3] Karena pemanfaatannya, tumbuhan ini telah dibudidaya ke berbagai tempat, seperti Asia Tenggara maritim (Nusantara), Polinesia, dan belakangan juga ditanam di sebagian Eropa, Amerika Utara[3] dan Afrika[4] yang iklimnya mendukung.
Lembaran kulit kayu ini digunakan sebagai bahan tulis dan gambar kertas di Jawa dan beberapa pulau lain sebelum kertas moden pulpa kayu dari Barat diperkenalkan, bahkan disebut sebagai kertas Ponoragan (Belanda: avaansche van Panaragan papier ).[5] Kertas jeluang atau daluang yang dikeraskan adalah bahan utama membuat latar kelir dalam seni wayang beber orang Jawa.
Barangan kertas mahupun pakaian kulit kayu daluang telah tercatat sebagai Warisan Budaya Tak Benda Indonesia (WBTBI) oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan negara tersebut disahkan pada tanggal 8 Oktober 2014 dengan SK Mendikbud Nomor 270/P/2014[6][7]
Peristilahan
[sunting | sunting sumber]Jeluang dikenal dengan beberapa nama setempat serantau Nusantara:[8][9]
- daluang, saéh (bahasa Sunda)
- sepukau, dlubang (Madura)
- kembala (Pulau Sumba)
- malak (Seram).
Jeluang, deluang, daluang dan dlubang seturunan dari kata akar Proto-Austronesia *zaluaŋ.[10]
Kegunaan
[sunting | sunting sumber]Bahan pakaian
[sunting | sunting sumber]Kulit kayu pohon jeluang boleh dikerat siat dan ditumbuk nipis lalu dapat dibuat sebagai kain untuk dijadikan pakaian[11] sejumlah kelompok etnik di kepulauan Nusantara. Di Jawa, para pendeta di Kerajaan Medang (Mataram Hindu) mengenakan busana dari kulit kayu daluang[perlu rujukan].
Pemakaian ini turut dilanjutkan leluhur Austronesia ke Polinesia dengan suatu jenis kain disebut tapa, kapa, siapo atau hiapo.[12] Masyarakat Māori New Zealand turut pernah bergiat membuat kain ini (aute) khususnya sebagai bahan ikat kepala atau subang selewat 1770-an.[13] sebelum menghilang dengan pupusnya pokok jeluang di New Zealand pada awal abad ke-19.[13]
Bahan tulis
[sunting | sunting sumber]Suatu bahan pipih berupa kertas yang dibuat dari serat-serat jeluang yang memiliki tekstur kasar. Kertas ini digunakan oleh masyarakat di Indonesia khususnya di pulau Jawa telah ada sejak abad ke 7 di Ponorogo yang kemudian berkembang pesat pada zaman tersebarnya ajaran Islam, menggantikan kertas lontar yang diimport baik dari Cina, Arab maupun Eropa melalui perantara para pedagang baik pedagang Belanda, [[Eropa, Arab dan Cina yang mengunjungi Nusantara. Kertas daluang ponoragan telah dipakai untuk menulis naskhah kuno kerajaan nusantara, menulis Al-Quran di pesantren,[14] dan bahan baku wayang. Malah, dalam bahasa Jawa, sendirinya kata ꦢ꧀ꦭꦸꦮꦁ dluwang dipadankan untuk kertas. Kini, ia dianggap sebagai kertas boleh dikitar semula.
Pada tahun 1950-an, daluang menjadi barangan dagang utama Desa Tegalsari, Kecamatan Jetis, Kabupaten Ponorogo sebagai bahan baku pembuatan kertas gedog yang telah ada sejak pondok Tegalsari berdiri pada zaman jajahan. Kertas tersebut dijual kepada seseorang yang kemudian membawanya ke Belanda. Kertas ini dikhabarkan digunakan untuk membuat wang kertas di sana.[11]
Rujukan
[sunting | sunting sumber]- ^ K. Koch Dendrologie 2(2): 440 1873
- ^ Broussonetia papyrifera. Flora of North America.
- ^ a b "Broussonetia papyrifera (paper mulberry)". Royal Botanic Gardens, Kew. Dicapai pada 1 Oktober 2017.
- ^ "Broussonetia papyrifera". Rangkaian Maklumat Sumber Germplasma (GRIN). Perkhidmatan Penyelidikan Pertanian, Jabatan Pertanian Amerika Syarikat. Dicapai pada 17 Disember 2017.
- ^ (PDF) http://digilib.uinsby.ac.id/2472/5/Bab%202.pdf. Cite journal requires
|journal=
(bantuan); Missing or empty|title=
(bantuan) - ^ "Salinan SK Mendikbud no. 270/P/2014 tentang Warisan Budaya Takbenda" (PDF). 16 Oktober 2014. Dicapai pada 23 Jun 2020.
- ^ Anonim (27 September 2019). "Mengenal Nenek Moyang Kertas di Indonesia". indonesia.go.id. Dicapai pada 24 Juni 2020. Check date values in:
|access-date=
(bantuan) - ^ Pringgodigdo, Prof Mr Ag (1 Januari 1991). Ensiklopedi Umum. Kanisius. ISBN 978-979-413-522-8.{Pautan mati|date=Mac 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}
- ^ Pudjiastuti, Titik (2011). "Manuscripts and cultural identity". Wacana (dalam bahasa Inggeris). 13 (1): 185–195. doi:10.17510/wacana.v13i1.815. ISSN 2407-6899.
- ^ Blust, Robert; Trussel, Stephen (2010). "*zaluaŋ: bark cloth". Austronesian Comparative Dictionary. Max Planck Institute for Evolutionary Anthropology. Dicapai pada 29 Oktober 2022.
- ^ a b "Daluang, Awal Bahan Baku Kertas Nusantara". KOMPAS. 24 Julai 2013. m/s. 24.
- ^ Osmond, Meredith (1998). "Horticultural practices" (PDF). Dalam Ross, Malcolm; Pawley, Andrew; Osmond, Meredith (penyunting). The lexicon of Proto Oceanic : The culture and environment of ancestral Oceanic society. 1: Material Culture. Pacific Linguistics. m/s. 115–142. doi:10.15144/PL-C152.115.
- ^ a b Neich, Roger (1996). "New Zealand Maori Barkcloth and Barkcloth Beaters". Records of the Auckland Institute and Museum. 33: 111–158. ISSN 0067-0464.
- ^ Tempo https://nasional.tempo.co/read/86858/ditemukan-al-quran-dan-buku-jawa-kuno. Missing or empty
|title=
(bantuan)
Lihat pula
[sunting | sunting sumber]