Negara Indonesia Timur
Negara Indonesia Timur Staat Oost-Indonesië | |||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
1946–1950 | |||||||||
| |||||||||
Ibu negara | Makassar | ||||||||
Bahasa rasmi | Bahasa Indonesia (rasmi) Bahasa Belanda (hanya digunakan sebahagian sahaja) Bahasa Melayu (Lingua Franca) Bahasa Bali (rasmi di Bali dan Lombok) | ||||||||
Agama | Islam (Majoriti) Kristian dan Hindu (Minoriti) | ||||||||
President | |||||||||
• 1946-1950 | Tjokorda Gde Raka Soekawati | ||||||||
Sejarah | |||||||||
• Negeri ditubuhkan | 24 Disember 1946 | ||||||||
• Negeri dibubarkan | 17 Ogos 1950 | ||||||||
Keluasan | |||||||||
1946 | 349,088 km2 (134,784 bt2) | ||||||||
Populasi | |||||||||
• 1946 | 10290000 | ||||||||
|
Negara Indonesia Timur (ejaan lama: Negara Indonesia Timoer) ialah negara bahagian pasca-Perang Dunia II yang dibentuk di Hindia Timur Belanda oleh Belanda pada tahun 1948. Ia didirikan pada tahun 1946, menjadi sebahagian daripada Republik Indonesia Syarikat pada tahun 1949, dan dibubarkan pada tahun 1950 dengan berakhirnya USI. Ia merangkumi semua pulau di timur Borneo (Sulawesi, dan Maluku, dengan pulau-pulau luar pesisir mereka) dan Jawa (Bali dan Kepulauan Sunda Kecil).
Kerajaan
[sunting | sunting sumber]Persidangan Denpasar pada 18-24 Disember 1946 telah meluluskan Peraturan-Peraturan Pembentukan Negara Indonesia Timur (Peratoeran Pembentoekan Negara Indonesia Timoer) yang membentuk kerangka pemerintahan sementara negeri baru sampai suatu penulisan dapat ditulis. Negeri ini mempunyai seorang presiden eksekutif yang akan melantik sebuah kabinet dan badan perundangan. Sejumlah kuasa telah diperuntukkan secara eksplisit untuk masa depan Republik Indonesia Syarikat, di mana Indonesia Barat akan menjadi anggota konstituen.[1]
Presiden
[sunting | sunting sumber]Bangsawan Bali Tjokorda Gde Raka Soekawati dipilih sebagai presiden di Persidangan Denpasar yang mendirikan negara itu, dan memegang jabatan itu selama masa kewujudan negara itu (24 Disember 1946 - 17 Ogos 1950).[2][3]
Badan perundangan
[sunting | sunting sumber]Badan Perwakilan Sementara untuk Negeri Indonesia Timur (Dewan Perwakilan Sementara Negara Indonesia Timoer), yang pada awalnya terdiri dari 70 peserta Konferensi Denpasar, membuka sesi pertama pada tanggal 22 April 1947.[4]
Perdana Menteri dan kabinet
[sunting | sunting sumber]Negeri itu mempunyai kabinet parlimen yang dilantik oleh presiden tetapi kekuasaan yang kuat masih kekal dengan pihak berkuasa Hindia Belanda
- 13 Jan 1947 – 2 Jun 1947 — Nadjamoedin Daeng Malewa – Kabinet Pertama
- 2 Jun 1947 – 11 Okt 1947 — Nadjamoedin Daeng Malewa – Kabinet Kedua
- 11 Okt 1947 – 15 Dis 1947 — Warouw Cabinet
- 15 Dis 1947 – 12 Jan 1949 — Ide Anak Agung Gde Agung – Kabinet Pertama
- 12 Jan 1949 – 27 Dis 1949 — Ide Anak Agung Gde Agung – Kabinet Kedua
- 27 Dis 1949 – 14 Mac 1950 — Kabinet J.E. Tatengkeng
- 14 Mac 1950 – 10 Mei 1950 — Kabinet D. P. Diapari
- 10 Mei 1950 – 17 Ogos 1950 — Kabinet J. Poetoehena
Pentadbiran
[sunting | sunting sumber]Negara Indonesia Timur dibahagikan kepada lima kediaman yang kemudian dibagi menjadi daerah dan kecamatan, struktur tadbiran yang diwarisi dari Belanda[5] Dalam kediamannya terdapat 13 daerah autonomi.[6] Wilayah-wilayah ini, yang tercantum dalam Pasal 14 Peraturan Pembentukan Negara Indonesia Timur (Peratoeran Pembentoekan Negara Indonesia Timoer), adalah Sulawesi Selatan, Minahasa, Sangihe dan Talaoed, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Bali, Lombok, Soembawa, Flores, Soemba, Timor dan pulau-pulau sekeliling, Maluku Selatan, dan Maluku Utara.[6] Residensi akan dihapuskan selepas pembinaan pentadbiran berfungsi di 13 wilayah.[6]
Komplikasi struktur ini adalah hakikat bahawa
Lebih dari 75% dari Negara Indonesia Timur terdiri dari wilayah-wilayah otonom, sebanyak 115 pemerintah daerah otonom di bawah pemerintahan rajas (swaprajas). Jawatan ketua pemerintahan autonomi ini diatur oleh apa yang disebut sebagai pengadilan (deklarasi jangka pendek) dan kontrak kontrakten (kontrak jangka panjang); ini sebenarnya dimaksudkan sebagai pengiktirafan oleh Kerajaan Hindia Belanda tentang kedudukan istimewa raja-raja, yang kuasa untuk mentadbir wilayah-wilayah autonomi telah diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya.[7]
Peraturan Wilayah Autonomi pada tahun 1938 memberikan autonomi swaprajasde jure luas tetapi kebanyakan raja adalah boneka pentadbir Belanda.[7] Negara Indonesia Timur berusaha untuk mengurangi kekuatan wilayah raja-raja ini, namun Peraturan Pembentukan Negara Indonesia Timur mewajibkan negara untuk mengenali status khusus mereka.[8]
Kawasan selebihnya dari negeri itu bukan sebahagian daripada swaprajas yang terdiri wilayah yang dikawal secara langsung (rechtstreeks bestuurd gebied).[9] Kawasan yang ditadbir secara langsung termasuk Minahasa, Molucca Selatan, Gorontalo, daerah Macassar dan Bonthain, dan Lombok.
Residensi dan wilayah autonomi
[sunting | sunting sumber]Berikut adalah kediaman dan wilayah autonomi mereka.[6]
- Sulawesi Utara (Soelawesi Oetara)
- Sangihe dan Talaoed
- Minahasa
- Sulawesi Utara
- Sulawesi Tengah (Soelawesi Tengah)
- Sulawesi Selatan (Soelawesi Selatan)
- Sulawesi Selatan
- Bali-Lombok
- Moluccas (Maloekoe)
- Maluku Utara (Maloekoe Oetara)
- Maluku Selatan (Maloekoe Selatan)
- Timor
- Flores
- Soemba
- Soembawa
- Timor dan pulau di sekeliling
Lihat juga
[sunting | sunting sumber]Catatan
[sunting | sunting sumber]- ^ Ide Anak Agung Gde Agung. p. 163.
- ^ Ide Anak Agung Gde Agung. p. 131.
- ^ Ide Anak Agung Gde Agung. p. 120.
- ^ Ide Anak Agung Gde Agung. p. 153.
- ^ Ide Anak Agung Gde Agung. p. 147.
- ^ a b c d Ide Anak Agung Gde Agung. p. 180.
- ^ a b Ide Anak Agung Gde Agung. p. 121.
- ^ Ide Anak Agung Gde Agung. p. 166.
- ^ Ide Anak Agung Gde Agung. p. 181.
Ralat petik: Tag <ref>
dengan nama "IAAGA97" yang ditentukan dalam <references>
tidak digunakan dalam teks sebelumnya.
Ralat petik: Tag <ref>
dengan nama "IAAGA107" yang ditentukan dalam <references>
tidak digunakan dalam teks sebelumnya.
Ralat petik: Tag <ref>
dengan nama "IAAGA112" yang ditentukan dalam <references>
tidak digunakan dalam teks sebelumnya.
Ralat petik: Tag <ref>
dengan nama "IAAGA117" yang ditentukan dalam <references>
tidak digunakan dalam teks sebelumnya.
Ralat petik: Tag <ref>
dengan nama "IAAGA146" yang ditentukan dalam <references>
tidak digunakan dalam teks sebelumnya.
Ralat petik: Tag <ref>
dengan nama "IAAGA148" yang ditentukan dalam <references>
tidak digunakan dalam teks sebelumnya.
Ralat petik: Tag <ref>
dengan nama "PA37" yang ditentukan dalam <references>
tidak digunakan dalam teks sebelumnya.
Ralat petik: Tag <ref>
dengan nama "R276" yang ditentukan dalam <references>
tidak digunakan dalam teks sebelumnya.
<ref>
dengan nama "R285" yang ditentukan dalam <references>
tidak digunakan dalam teks sebelumnya.Rujukan
[sunting | sunting sumber]- Ide Anak Agung Gde Agung. From the Formation of the State of East Indonesia Towards the Establishment of the United States of Indonesia. Translated by Linda Owens. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1996. ISBN 978-9794612163 (Original edition Dari Negara Indonesia Timur ke Republic Indonesia Serikat. Gadjah Mada University Press, 1985.)
- Putra Agung. "Yayasan Masyarakat Sejarawan Indonesia". Jurnal sejarah: pemikiran, rekonstruksi, persepsi. 13 (2007) ISSN 1858-2117 p. 37. (Indonesia)
- M.C. Ricklefs, A History of Modern Indonesia Since c. 1200, Third Edition; Palgrave Publisher, 2001
Pautan luar
[sunting | sunting sumber]Wikimedia Commons mempunyai media berkaitan Negara Indonesia Timur |
- History and rulers of Indonesian states, 1946–1950 at WorldStatesmen.org