Menara Babel
Menara Babel (Ibrani: מגדל בבל Migdal Bavel Arab: بُرْج بَابِل Burj Babil) adalah struktur yang disebut dalam bab 11 Kitab Kejadian sebagai menara yang hebat yang melambangkan keangkuhan pencapaian bandar Babilu iaitu nama yang diberi untuk Babylon dalam bahasa Akkadia.
Penceritaan utama
[sunting | sunting sumber]Menurut cerita dalam Kitab Bible, Babel atau Babil (nama yang digunakan dalam bahasa Arab dan Ibrani untuk merujuk Babylon) adalah bandar yang menyatukan seluruh umat manusia yang semuanya bercakap dalam bahasa yang satu dan mereka berhijrah ke timur. Ia juga bandar semayaman Raja Namrud, dan merupakan bandar pertama dibina selepas Banjir Besar yang berlaku pada zaman Nuh.
Penduduknya mengambil keputusan bandar ini memerlukan sebuah menara yang hebat sehingga mencecah langit. Bagaimanapun, Menara Babel didapati tidak dibina untuk memuji Tuhan tetapi sebaliknya bertujuan menunjuk-nunjuk kehebatan dan kesombongan manusia terutama mereka yang membinanya seperti yang diceritakan dalam Kitab Kejadian:
Mereka berkata: Ayuh, mari kita bina bandar kita sendiri, dengan sebuah menara yang mencapai ke langit, supaya kita dapat mencipta nama untuk kita sendiri dan tidak terselerak ke merata dunia. - Kitab Kejadian 11:4
Menurut kisah, kerana sikap sombong manusia ini Tuhan menurunkan hukuman sehingga mereka tercerai-berai dan tidak boleh memahami bahasa mereka satu sama lain yang pada mulanya satu.
Sindrom Menara Babel ini juga, menurut para sejarawan, mempengaruhi Nebuchadnezzar II membangun Taman Tergantung Babylon di kompleks istananya. Baginda membangun kompleks istana begitu megah, yang sekarang sisa-sisanya masih boleh dilihat, dan memerintah dengan tangan besi. Pada zaman Nebuchadnezzar II, yang memerintah pada tahun 605 SM-562 SM, Babylon mencapai puncak zaman keemasan.
Bait-bait kitab asal
[sunting | sunting sumber]Ayat-ayat 1 hingga 9 dalam bab 11 Kitab Kejadian:
- Maka seluruh dunia mempunyai satu bahasa dan pertuturan yang sama.
- Ketika manusia mengembara ke Timur, mereka terjumpa sebuah kawasan tanah lapang di Syinar dan menetap di sana.
- Maka mereka pun bercakap antara satu sama lain, "Ayuh, mari kita buat bata dan membakarnya dengan sempurna." Maka mereka menggunakan bata sebalik daripada batu, dan tar untuk mortar.
- Kemudian, mereka berkata, "Ayuh, mari kita bina bandar kita sendiri, dengan sebuah menara yang mencapai ke langit, supaya kita dapat mencipta nama untuk kita sendiri dan tidak terselerak ke merata dunia."
- Akan tetapi, Tuhan turun ke bumi dan melihat bandar dan menara yang manusia sedang bina.
- Maka kata-Nya, "Jika seseorang bercakap dalam satu bahasa dan ini yang mereka lakukan, maka tiada apa-apa pun yang mereka ingin lakukan ialah mustahil.
- Ayuh, mari Kita pergi ke bawah dan mengelirukan bahasa mereka supaya mereka tidak akan memahami antara satu sama lain."
- Maka Tuhan menyelerakkan manusia ke merata muka bumi, dan mereka berhenti membina bandar tersebut.
- Sejak itulah bandar tersebut diberi nama Babel, kerana dari situlah Tuhan mengelirukan bahasa dunia. Dan juga dari situlah Dia menyelerakkan manusia ke merata muka bumi.
Sudut-sudut pandang lain
[sunting | sunting sumber]Dalam kepercayaan Yahudi
[sunting | sunting sumber]Disebutkan pada awalnya seluruh bumi punya satu bahasa dan loghat. Para manusia pergi ke daerah timur dan menemukan tanah di Sinear lalu mereka tinggal di sana. Kemudian, dibuatlah batu bata dan dari tanah liat.
Pada saat pengerjaan menara dan kota, Tuhan bersama para malaikat turun ke bumi. Tuhan pun berfirman bahawa usaha mereka ini akan gagal dan hendak mengkacaubalaukan bahasa umat manusia. Akibat hal itu, orang-orang memiliki bahasa tersendiri yang memiliki makna lain bagi pendengarnya, oleh karena banyaknya kesalahpahaman berbagai hal terjadi mulai terjadi yakni perdebatan, pertengkaran, hingga menimbulkan perpisahan lalu mereka memutuskan untuk mendirikan wilayah kekuasaan masing-masing yang terserak di seluruh bumi. Dengan demikian, Menara Babel dan kota itu gagal didirikan.
Sejak saat itu, kota di mana Tuhan datang ke bumi untuk menyerakkan umat manusia diberi nama Babel (Gerbang Tuhan).[1]
Dalam Al-Qur'an
[sunting | sunting sumber]Kaum 'Aad adalah kaum yang hidup setelah zaman Nabi Nuh AS. Keberadaan pembangunan menara ini dapat diketahui melalui surah-surah yang tertera di dalam Kitab Al-Qur'an. Ada banyak surah yang menjelaskan tentang keadaan Kaum 'Aad saat itu. Ibu kota kaum 'Aad adalah Iram. Terkenal dengan bangunan-bangunannya yang menjulang tinggi ke langit. Waktu itu tidak ada di kota lain seperti itu, hanya ada di Iram. Hal ini tertera di dalam Surah Al Fajr ayat 6-8 yang berbunyi:
- 6. Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu berbuat terhadap kaum 'Aad?
- 7. (yaitu) penduduk Iram yang mempunyai bangunan-bangunan yang tinggi,
- 8. yang belum pernah dibangun (suatu kota) seperti itu, di negeri-negeri lain,
Sedangkan nikmat-nikmat yang telah diberikan kepada Kaum 'Aad melebihi kaum-kaum lainnya. Hal ini tertera pada Kitab Al-Qur'an surah Al A'raf (ayat 69) berbunyi:
- Apakah kamu (tidak percaya) dan heran bahwa datang kepadamu peringatan dari Tuhanmu yang dibawa oleh seorang laki-laki di antaramu untuk memberi peringatan kepadamu? Dan ingatlah oleh kamu sekalian di waktu Allah menjadikan kamu sebagai pengganti-pengganti (yang berkuasa) sesudah lenyapnya kaum Nuh, dan Tuhan telah melebihkan kekuatan tubuh dan perawakanmu. Maka ingatlah nikmat-nikmat Allah supaya kamu mendapat keberuntungan. (Surah Al-A'raf ayat 69)
- Adapun kaum 'Aad maka mereka menyombongkan diri di muka bumi tanpa alasan yang benar dan berkata: "Siapakah yang lebih besar kekuatannya dari kami?" Dan apakah mereka itu tidak memperhatikan bahwa Allah Yang menciptakan mereka adalah lebih besar kekuatan-Nya daripada mereka? Dan adalah mereka mengingkari tanda-tanda (kekuatan) Kami. (Surah Al-Fushilat: ayat 1)
Adapun cemeti azab yang menimpa bangsa 'Aad dijelaskan sebagai berikut:
- Dan juga pada (kisah) Aad ketika Kami kirimkan kepada mereka angin yang membinasakan, angin itu tidak membiarkan satupun yang dilaluinya, melainkan dijadikannya seperti serbuk.(QS. adz-Dzariyat: 41-42)
- Adapun kaum ‘Aad maka mereka telah dibinasakan dengan angin yang sangat dingin lagi amat kencang (QS. al-Haqqah: 6)
Jika mereka berpaling, maka katakanlah, “Aku telah memperingatkan kamu dengan petir, seperti petir yang menimpa kaum ‘Ad dan Samud”. (QS. Fushshilat: 13).
Rujukan
[sunting | sunting sumber]- ^ Ginzberg, Louis (1909). The Legends of the Jews (Translated by Henrietta Szold) Philadelphia: Jewish Publication Society.