Legenda Minangkabau
Sebahagian kandungan di laman rencana ini menggunakan istilah atau struktur ayat yang terlalu menyebelahi gaya bahasa negara tertentu hasil penggunaan semula kandungan sumber tanpa pengubahsuaian. Anda diminta mengolah semula gaya bahasa rencana ini supaya penggunaan istilah di rencana ini seimbang, selaras serta mudah difahami secara umum dalam kalangan pengguna-pengguna bahasa Melayu yang lain menggunakan laman Istilah MABBIM kelolaan Dewan Bahasa dan Pustaka. Silalah membantu. Kata nama khas dan petikan media tertentu (seperti daripada akhbar-akhbar atau dokumen rasmi) perlu dikekalkan untuk tujuan rujukan. Sumber perkamusan dari Dewan Bahasa dan Pustaka Malaysia juga disediakan. Anda boleh rujuk: Laman Perbincangannya • Dasar dan Garis Panduan Wikipedia • Manual Menyunting |
Orang Minangkabau mempunyai legenda menceritakan asal-usul mereka yang tersendiri lagi-lagi daripada gabungan dua kata, minang ("menang") dan kabau ("kerbau"). diceritakan untuk menggambarkan kecerdasan orang Minangkabau menggunakan kecerdikan dan strategi untuk menghindari perang dan kekerasan.
Kisah
[sunting | sunting sumber]Pada zaman dahulu, ada wujudnya perselisihan antara penduduk setempat di Sumatera (kini dalam wilayah Sumatra Barat) dengan penguasa pendatang yang muncul dari suatu kerajaan seberang - ada yang mengaitkan kuasa asing ini dengan Kerajaan Majapahit di Pulau Jawa - yang datang secara berpasukan dan hendak menjajah kawasan tersebut.[1] Untuk menghidari perang, penduduk setempat mengusulkan agar pertempuran dilakukan secara simbolis dengan adu kerbau pilihan masing-masing. Pihak yang kerbaunya kalah harus menyerah kepada pemenang.[2][3]
Mengikuti usulan penduduk setempat, penguasa pendatang setuju dan menurunkan kerbau terbaik mereka yang sangat terbesar, berani dan agresif. Penduduk setempat pula liciknya menurunkan anak kerbau yang haus dengan tanduknya yang diasah setajam pisau. Melihat kerbau dewasa melintasi ladang, anak kerbau bayi berlari ke atah kerbau dewasa mahu menyusu, namun ia segera menyeruduk perut kerbau besar dewasa itu lalu membunuhnya.
Penduduk setempat memenangkan adu kerbau, dan mengabadikannya dengan menamakan suku bangsa mereka "Minangkabau".[3][2]
Simbolisme kerbau
[sunting | sunting sumber]Kabau atau kerbau adalah haiwan ternakan yang penting dalam budaya Minangkabau. Kerbau dapat digunakan untuk membajak sawah serta menghasilkan susu (diolah sebagai dadiah - lihat juga "dadih") dan daging. Kerbau, terutama tanduknya menjadi simbol budaya penting di Minangkabau. Lengkungan bubungan atap pada rumah-rumah tradisional di Sumatra Barat yang disebut rumah gadang (secara harfiah "rumah besar") menjulang ke atas dan meruncing di Hujungnya menyerupai bentuk tanduk kerbau. Selain itu juga, tutup kepala perempuan Minangkabau yang disebut tikuluak dilipat dan dibentuk sedemian rupa membentuk tanduk kerbau
Catatan sejarah
[sunting | sunting sumber]Adapun menurut catatan sejarah, nama Minangkabau pertama kali disebut sebagai Minanga Tamwan. Nama ini tercatat pada prasasti Kedukan Bukit yang berasal dari abad ke-7. Prasasti itu menceritakan perjalanan suci Sri Jayanasa dari Minanga Tamwan disertai dengan 20.000 tentara menuju Matajap dan menaklukkan beberapa daerah di selatan Sumatra. [4]
Rujukan
[sunting | sunting sumber]- ^ "Invasi Majapahit ke Pagaruyung dan Pertarungan Dua Kerbau". Sindo News (dalam bahasa Indonesian). 11 March 2017.CS1 maint: unrecognized language (link)
- ^ a b Hadler, Jeffrey (2010). "Sengketa Tiada Putus" Freedom Institute. hlm. 16–21. ISBN 978-979-19466-5-0.
- ^ a b Samsuni. "Asal Mula Nama Nagari Minangkabau". Cerita Rakyat Nusantara. Dicapai pada 23 Mei 2019.
- ^ R. Ng. Poerbatjaraka, Riwajat Indonesia. Djilid I, 1952, Jakarta: Yayasan Pembangunan