Kasunanan Surakarta
Rencana ini memerlukan kemas kini dalam Bahasa Melayu piawai Dewan Bahasa dan Pustaka. Silalah membantu. Anda boleh rujuk: Laman Perbincangannya • Dasar dan Garis Panduan Wikipedia • Manual Menyunting |
Nagari Kasunanan Surakarta Hadiningrat ناڬاري كاسونانن سوراكرت هادينيڠرت | |||||||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
1745–1946 | |||||||||||||
| |||||||||||||
Ibu negara | Kota Surakarta | ||||||||||||
Bahasa yang umum digunakan | Jawa | ||||||||||||
Agama | majoriti Islam | ||||||||||||
Kerajaan | Monarki | ||||||||||||
Susuhunan (Sunan) | |||||||||||||
• 1745-1749; t. 1726 | Paku Buwono II | ||||||||||||
• 1945-1946; w. 2004 | Paku Buwono XII | ||||||||||||
Sejarah | |||||||||||||
• Hadeging Nagari Surakarta (berdiri) | 1745 | ||||||||||||
13 Februari 1755 | |||||||||||||
• Pengundangan Penetapan Pemerintah No. 16/SD Tahun 1946 (dibubarkan) | 16 Jun 1946 | ||||||||||||
|
Kasunanan Surakarta Hadiningrat adalah sebuah kerajaan di Jawa Tengah yang berdiri pada tahun 1745 sebagai suatu kesinambungan dari dari Kesultanan Mataram.
Latar belakang
[sunting | sunting sumber]Kasunanan Surakarta merupakan kesinambungan Kasunanan Kartasura, yang pada gilirannya adalah kesinambungan kepada Kesultanan Mataram yang runtuh akibat pemberontakan Trunajaya tahun 1677. Kasunanan Kartasura sendiri runtuh akibat pemberontakan orang-orang Tionghoa yang mendapat sokongan dari orang-orang Jawa anti VOC tahun 1742. Saat itu yang menjadi raja ialah Pakubuwana II. Kota Kartasura berjaya direbut kembali oleh Cakraningrat IV sekutu VOC namun keadaannya sudah musnah. Pakubuwana II yang lari ke Ponorogo memutuskan untuk membangun istana baru di desa Sala, bernama Surakarta Hadiningrat.
Perkembangan
[sunting | sunting sumber]Kasunanan Surakarta sebagai suatu kesinambungan pemerintahan dari Kasunanan Kartasura kemudian dihadapkan pada pemberontakan Pangeran Mangkubumi adik Pakubuwana II tahun 1746. Di tengah kekacauan peperangan, Pakubuwana II telah meninggal dunia kerana sakit pada tahun 1749. Namun, ia sempat menyerahkan kedaulatan negeri Jawa sepenuhnya kepada VOC yang diwakili Baron von Hohendorff. Sejak saat itu, hanya VOC yang berhak melantik raja-raja keturunan Mataram.
Pada tanggal 13 Februari 1755 pihak VOC yang sudah mengalami kebangkrutan berhasil mengajak Pangeran Mangkubumi berdamai. Perjanjian Giyanti yang ditandatangani oleh Pakubuwana III mengakui kedaulatan Pangeran Mangkubumi sebagai raja Mataram yang menguasai setengah wilayah Kasunanan Surakarta dengan gelar Hamengkubuwana I. Seiring dengan berjalannya waktu, negeri Mataram yang dipimpin oleh Hamengkubuwana I kemudian lebih terkenal dengan nama Kesultanan Yogyakarta.
Selanjutnya, wilayah Kasunanan Surakarta semakin berkurang karena diberikan kepada Mangkunegara I sesuai perjanjian Salatiga tahun 1757. Wilayah Surakarta semakin berkurang lagi setelah Perang Diponegoro usai tahun 1830 di mana daerah-daerah mancanegara direbut paksa oleh Belanda.
Masa Kemerdekaan
[sunting | sunting sumber]Di awal masa kemerdekaan Republik Indonesia (1945 - 1946), Kasunanan Surakarta bersama Praja Mangkunegaran sempat menjadi Daerah Istimewa Surakarta. Akan tetapi karena kerusuhan dan agitasi politik saat itu, maka pada tanggal 16 Juni 1946 oleh Pemerintah Indonesia statusnya diubah menjadi Karesidenan Surakarta, menyatu dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Senarai Sunan Surakarta
[sunting | sunting sumber]Lihat pula
[sunting | sunting sumber]Kerajaan di Jawa |
---|
0-600 (Hindu-Buddha Pra Mataram): Salakanagara | Tarumanagara | Sunda-Galuh | Kalingga | Kanjuruhan |